Selasa, 02 Desember 2008

"WORLD AIDS DAYS" 1 DEC 2008 Kita Bisa Kena Kita Bisa Cegah.........































PONTIANAK, Jumlah pengidap HIV/AIDS di Kalimantan Barat dalam setahun terakhir cukup memprihatinkan. Kalbar yang saat ini menduduki peringkat lima besar dalam prevalensi kasus HIV/AIDS di Indonesia, rata-rata tiap hari terdeteksi satu pengidap HIV/AIDS baru.

"Di sejumlah daerah yang sebelumnya tidak dijumpai kasus HIV/AIDS, tahun ini ternyata ditemukan kasus. Yang cukup mencengangkan, di daerah terpencil sekali pun juga ditemukan ada pengidap HIV/AIDS," kata Koordinator Global Fund to Fight AIDS, Tuberculose, and Malaria (GF-ATM) Kalbar Rizal Ardiansyah.

Saat ditelusuri, HIV/AIDS di daerah terpencil itu dibawa penduduk setempat yang sempat merantau ke kota besar di Kalbar dan di Pulau Jawa. Sebagian dari pengidap HIV/AIDS di daerah terpencil itu meninggal dunia karena kesulitan dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai bagi pengidap HIV/AIDS.

Komisi Penanggulangan AIDS Kalbar mencatat, dalam periode Januari-Oktober 2008 terdeteksi 370 orang positif HIV, 151 orang mengidap AIDS, dan 22 orang meninggal dunia akibat HIV/ AIDS.

Pemantauan dalam periode 1993-Oktober 2008 terdeteksi 1.606 orang positif HIV, 915 orang mengidap AIDS, dan 244 orang meninggal akibat HIV/AIDS. Pertumbuhan kasus HIV/AIDS di Kalbar pada tahun 2008 hingga bulan Oktober tersebut mencapai 26,05 persen.

Kasus HIV/AIDS di Kalbar paling banyak dijumpai di Kota Pontianak (1.380 kasus, 99 di antaranya meninggal dunia) dan Kota Singkawang (747 kasus, 63 di antaranya meninggal dunia). Kasus HIV/AIDS di Kalbar didominasi pengidap yang bera da pada kelompok usia 25-49 tahun dengan jumlah 1.543 orang, disusul kelompok umur 15-24 dengan jumlah 840 orang. Penyebab penularan HIV/AIDS di Kalbar didominasi faktor gonta-ganti pasangan (49,38 persen) serta penggunaan jarum suntik narkoba (18,92 pers en).

Kondisi HIV/AIDS yang cukup mengkhawatirkan ini mendorong DPRD Kalbar mengajukan hak inisiatif untuk membuat rancangan peraturan daerah tentang pencegahan dan penangulangan HIV/AIDS , Senin (20/10). Usulan tersebut mendapat tanggapan positif dari Wakil Gubernur Kalbar Christiandy Sanjaya yang mewakili pihak eksekutif.


"Dengan adanya usulan pembentukan perda tersebut, upaya penanggulangan HIV/AIDS di Kalbar diharpkan semakin berjalan efektif," katanya.

Sementara itu, Rizal mengungkapkan, persediaan obat a ntiretroviral di Kabupaten Ketapang hanya cukup untuk tiga hari mendatang. Kabupaten yang terletak di bagian selatan Kalbar tersebut, dalam kurun waktu 1993-Oktober 2008 terdapat 56 penderita HIV/AIDS, delapan di antaranya telah meninggal dunia.

"Hingga kini kami masih bingung bagaimana mendapatkan obat ARV tersebut. Permintaan ke Departemen Kesehatan sudah diajukan beberapa waktu lalu tetapi belum juga dikirim. Kami sudah berupaya meminjam obat ARV dari rumah sakit di daerah lain, namun persediaan mereka juga menipis," kata Rizal.

KPI Kalbar juga mencatat persebaran HIV/AIDS tidak memandang umur serta status sosial. Buktinya, ODHA usia 0-15 tahun jumlahnya 97 orang, usia 15-24 tahun jumlahnya 840 orang, usia 24-49 tahun jumlahnya 1.543 orang dan usia di atas 50 tahun jumlahnya 41 orang. "Ditilik dari kasus per kasus, latar belakang penularan HIV/AIDS yang terjadi cukup beragam. Beberapa diantaranya terjadi karena berhubungan sex dengan sesama atau berlainan jenis, penyalahgunaan narkoba, transfusi darah, penggunaan alat kesehatan yang tidak steril dan lain sebagainya," terang Toto.

PERUBAHAN

Saat ini Kota Pontianak masih menduduki rangking pertama dalam persebaran HIV/AIDS di Kalbar. Dari data yang ada, hingga Oktober 2008 jumlah ODHA di Kota Pontianak mencapai 1.280 orang. Dari jumlah tersebut, 99 orang diantaranya telah meninggal dunia akibat HIV/AIDS.

Menyikapi fakta yang ada tersebut, para aktivis anti HIV/AIDS yang tergabung dalam GF-ATM Kalbar tidak pernah putus-putusnya menggelar kampanye anti HIV/AIDS.


Selaras dengan tema kegiatan peringatan hari AIDS Sedunia 2008, yakni "Yang Muda yang Membuat Perubahan", GF-ATM mencoba mengajak para generasi muda di Kalbar, untuk bersama-sama memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang HIV/AIDS. "Jumlah ODHA yang ada saat ini merupakan sebagain kecil dari jumlah yang sesungguhnya. Dalam konteks kasus persebaran HIV/AIDS, teori gunung es sepertinya sangat tepat untuk menggambarkan kondisi di lapangan," terang Rizal dari GF-ATM Kalbar.

STOP AIDS KEEP THE PROMISE "Yang Muda Yang Membuat Perubahan Bro"

0 komentar :